Latar belakang konflik Israel dan Hamas di Palestina telah ada sejak tahun 1948 ketika Israel mendeklarasikan kemerdekaannya. Sejak saat itu, terjadi perang yang berkepanjangan antara kedua belah pihak yang memiliki klaim atas wilayah Palestina.

Konflik ini bermula dari perselisihan mengenai hak kepemilikan tanah di Palestina. Pada awalnya, wilayah Palestina didominasi oleh masyarakat Arab-Muslim yang mayoritas, namun pada tahun 1947 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengambil keputusan untuk membagi wilayah tersebut menjadi dua negara, yaitu Israel dan Palestina.

Hal ini menimbulkan ketegangan besar karena masyarakat Arab-Palestina merasa bahwa mereka tidak diberikan hak untuk menentukan nasib sendiri atas tanah air mereka. Sementara itu, para pemimpin Zionis Yahudi yang mendukung pembentukan negara Israel melihat keputusan PBB sebagai peluang untuk memiliki tanah tinggal yang sah bagi kaum Yahudi di Timur Tengah.

Peristiwa-peristiwa tragis seperti penyerbuan desa Deir Yassin oleh pasukan Zionis pada tahun 1948 dan pengusiran ratusan ribu warga Palestina dari tanah mereka semakin memperburuk hubungan antara kedua belah pihak.

Ketegangan dan serangan militer terus berlanjut selama beberapa dekade, termasuk perang antara Israel dan negara-negara Arab pada tahun 1956, 1967, dan 1973. Pada tahun 1967, Israel berhasil merebut wilayah Gaza dan Tepi Barat dari Yordania dan Mesir dalam Perang Enam Hari.

Pada tahun 1987, terjadi Intifadah Pertama yang dipicu oleh penembakan seorang warga Palestina oleh tentara Israel di Gaza. Intifadah ini merupakan bentuk perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Pada tahun 1993, dilakukan upaya perdamaian melalui perjanjian Oslo yang membagi wilayah Palestina menjadi tiga bagian yaitu Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Namun, upaya perdamaian tersebut gagal karena tidak dapat memenuhi keinginan ked ua belah pihak.

Pada tahun 2005, Israel menarik pasukannya dan pemukim Yahudi dari Gaza, tetapi masih memegang kendali atas perbatasan, laut, dan udara. Pada tahun 2006, Hamas yang merupakan organisasi militan Palestina memenangkan pemilihan umum di Gaza dan berkuasa di wilayah tersebut.

Konflik semakin memanas pada tahun 2008 ketika Israel melancarkan serangan militer di Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan roket dari Hamas ke wilayah Israel. Serangan ini menyebabkan ribuan warga Palestina tewas dan melukai banyak lainnya.

Konflik antara Israel dan Hamas terus berlanjut hingga saat ini dengan serangkaian serangan balasan dan blokade ekonomi yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Konflik ini telah mengakibatkan ribuan korban jiwa dari kedua belah pihak serta menderita bagi rakyat Palestina yang tinggal di wilayah yang dikontrol oleh Israel.
Kesimpulan

Konflik Israel dan Hamas di Palestina berawal dari perselisihan mengenai hak kepemilikan tanah di wilayah tersebut. Perang antara kedua belah pihak sudah berlangsung sejak tahun 1948 dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Ketegangan semakin memanas setelah pemukim Yahudi mendirikan negara Israel pada tahun 1948 dan terus melakukan ekspansi wilayah, sementara itu rakyat Palestina merasa kehilangan hak mereka atas tanah air.

Upaya perdamaian melalui perjanjian Oslo pada tahun 1993 gagal karena tidak dapat memenuhi keinginan kedua belah pihak. Pada tahun 2005, Israel menarik pasukannya dari Gaza tetapi masih memegang kendali atas perbatasan, laut, dan udara.

Konflik semakin intens pada tahun 2008 ketika Israel melancarkan serangan militer ke Gaza sebagai tanggapan atas serangan roket yang dilakukan oleh Hamas. Konflik ini telah menyebabkan ribuan kor ban jiwa dan penderitaan bagi warga Palestina yang tinggal di wilayah yang dikontrol oleh Israel.

Hingga saat ini, konflik antara Israel dan Hamas masih berlanjut tanpa adanya tanda-tanda penyelesaian yang jelas. Kedua belah pihak perlu mencari solusi damai yang dapat menghentikan pertumpahan darah dan menderita bagi rakyat Palestina serta menciptakan perdamaian yang langgeng di wilayah tersebut.

link alternatif